Israel Hadapi Krisis Pasukan, Butuh 10.000 Tentara Tambahan untuk Lawan Hamas

Israel Hadapi Krisis Pasukan, Butuh 10.000 Tentara
Sumber :
  • lifehack

GadgetIsrael kini menghadapi situasi yang semakin mendesak di tengah konflik yang berkepanjangan di Jalur Gaza. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengumumkan bahwa Israel membutuhkan 10.000 tentara tambahan dengan segera untuk memperkuat barisan militer dalam perang melawan Hamas, kelompok militan Palestina. Pernyataan ini disampaikan Gallant dalam rapat Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, yang kemudian disiarkan oleh Radio Angkatan Darat Israel.

Menurut Gallant, kekurangan tentara ini menjadi masalah serius yang harus diatasi segera mengingat intensitas pertempuran yang terjadi di Gaza. Selain itu, ia menyebut bahwa ada potensi untuk merekrut 4.800 tentara dari kalangan pria ultra-Ortodoks. Langkah ini memungkinkan setelah Mahkamah Agung Israel memutuskan agar komunitas ultra-Ortodoks, yang selama puluhan tahun dibebaskan dari wajib militer, harus mengikuti aturan yang sama dengan warga Israel lainnya.

Krisis Rekrutmen di Tengah Perang
Keputusan untuk meningkatkan jumlah pasukan ini muncul di tengah perang yang berlangsung sejak serangan besar-besaran oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Sejak saat itu, Israel telah meluncurkan serangan balasan yang masif ke wilayah Gaza, yang memicu kecaman internasional akibat dampak kemanusiaan yang ditimbulkannya.

Setidaknya 37.900 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, menurut laporan dari otoritas kesehatan di Gaza. Selain itu, lebih dari 87.000 orang terluka dalam serangan yang terus berlangsung hingga saat ini. Serangan-serangan ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga memicu krisis kemanusiaan dengan blokade yang melumpuhkan pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan di Gaza.

Tekanan Internasional dan Keputusan Pengadilan
Serangan Israel di Gaza telah menuai kritik dari berbagai negara dan organisasi internasional. Salah satunya adalah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menuntut gencatan senjata segera, sebuah resolusi yang diabaikan oleh pemerintah Israel. Kritik semakin meningkat setelah Mahkamah Internasional menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina.

Mahkamah Internasional juga memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militernya, terutama di kota Rafah, wilayah selatan Gaza yang menjadi tempat perlindungan lebih dari satu juta warga Palestina. Meskipun demikian, serangan udara Israel tetap berlanjut hingga menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa.

Dampak Terhadap Warga Sipil
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk setiap harinya. Blokade yang diberlakukan oleh Israel membuat penduduk kesulitan mendapatkan kebutuhan dasar seperti air bersih dan makanan. Lembaga-lembaga kemanusiaan internasional berusaha memberikan bantuan, namun akses ke wilayah tersebut sangat terbatas karena serangan dan blokade militer.

Selain itu, kerusakan infrastruktur juga membuat kondisi kehidupan warga Gaza semakin sulit. Rumah-rumah, sekolah, rumah sakit, hingga fasilitas umum lainnya hancur lebur akibat serangan udara. Situasi ini menambah penderitaan warga yang sudah bertahan di tengah konflik berkepanjangan.

Rekrutmen Tentara Ultra-Ortodoks: Sebuah Solusi?
Rekrutmen tentara dari kalangan ultra-Ortodoks menjadi salah satu langkah penting yang diambil Israel dalam menghadapi krisis ini. Selama bertahun-tahun, komunitas ultra-Ortodoks mendapatkan pengecualian dari wajib militer karena alasan agama dan tradisi. Namun, dengan adanya keputusan Mahkamah Agung yang menuntut mereka untuk ikut berpartisipasi dalam wajib militer, kini ada peluang untuk menambah kekuatan militer Israel secara signifikan.

Meski begitu, langkah ini diprediksi akan menimbulkan pro dan kontra, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebagian kalangan mungkin melihatnya sebagai upaya untuk mengatasi kekurangan tentara, namun di sisi lain, hal ini juga bisa memicu ketegangan di kalangan masyarakat ultra-Ortodoks yang selama ini menolak partisipasi dalam dinas militer.

Bagaimana Kelanjutan Konflik Gaza?
Perang di Gaza tampaknya masih jauh dari kata berakhir. Dengan krisis kemanusiaan yang semakin mendalam dan tekanan internasional yang terus meningkat, Israel menghadapi tantangan besar untuk menyeimbangkan antara strategi militer dan tanggapan diplomatik. Di sisi lain, Hamas juga terus melakukan perlawanan, membuat situasi di lapangan semakin kompleks dan sulit diprediksi.

Penambahan 10.000 tentara mungkin bisa membantu Israel dalam memperkuat operasi militernya, tetapi tidak menjamin adanya solusi jangka panjang bagi konflik yang sudah berlangsung selama beberapa dekade ini. Dalam konteks internasional, perhatian terhadap krisis ini terus meningkat, dan banyak pihak berharap agar gencatan senjata segera dilakukan demi menghentikan jatuhnya korban sipil yang semakin banyak.

Kebutuhan 10.000 tentara tambahan oleh Israel menunjukkan betapa seriusnya situasi di Jalur Gaza saat ini. Dengan jumlah korban yang terus meningkat dan blokade yang semakin memperburuk kondisi kemanusiaan, perang ini telah menjadi salah satu konflik paling mematikan dalam sejarah modern Timur Tengah. Di tengah upaya rekrutmen tentara baru, Israel menghadapi tekanan dari berbagai pihak untuk segera menghentikan serangan dan mencari solusi damai yang lebih berkelanjutan.

Namun, dengan pertempuran yang masih berlangsung dan minimnya tanda-tanda perdamaian, masa depan konflik ini tetap sulit diprediksi. Israel perlu memikirkan strategi yang tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga pendekatan diplomatik yang bisa membuka jalan bagi perdamaian di kawasan tersebut.

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget