7 Aplikasi Ojol yang Bangkrut di Indonesia, Apa Penyebabnya?
- Uber
Gadget – Industri ride-hailing atau ojek online di Indonesia (Aplikasi Ojol), yang pada awalnya menjanjikan, ternyata juga menyaksikan beberapa pemain yang harus menutup operasionalnya.
Beberapa perusahaan lokal, meskipun mencoba peruntungan pada awalnya, tidak mampu bertahan dalam persaingan yang ketat.
Berikut adalah daftar tujuh aplikasi-aplikasi-aplikasi ojek online yang sudah di Indonesia, seperti dirangkum dari berbagai sumber:
1. Uber
Uber, salah satu pemain besar di industri ride-hailing global, menghentikan operasionalnya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pada tahun 2018.
Uber kemudian menjual seluruh bisnisnya kepada Grab.
Pemindahan ini menyebabkan banyak mitra pengemudi Uber beralih ke platform Grab atau bahkan Gojek.
2. Call Jack
Call Jack, aplikasi ride-hailing asal Yogyakarta, menjadi pesaing lokal dengan dua opsi layanan, yaitu Call Jack dan O'Jack. Meskipun beroperasi selama lima tahun, Call Jack akhirnya harus bangkrut karena kesulitan bersaing dengan GoJek dan Grab.
3. LadyJek
LadyJek, aplikasi yang dikenal dengan warna pink dan menjadi salah satu ojek online pertama dengan pengemudi wanita, sempat meraih kesuksesan. Namun, akhirnya, LadyJek harus menutup operasionalnya karena kendala keuangan.
4. OjekArgo
OjekArgo membedakan diri dengan model bisnisnya yang memungkinkan pelanggan hanya menginstal aplikasi OjekArgo tanpa perlu mendaftar atau membuat akun.
Sayangnya, OjekArgo sudah tidak aktif sejak tahun 2017.
5. Blujek
Sebelum mengalami kegagalan, Blujek merupakan salah satu saingan terbesar Grab dan Gojek.
Kabar beredar bahwa Blujek mengalami kerugian dalam perselisihan tarif antara penyedia layanan ojek online, yang menyebabkan mereka menghentikan operasionalnya tanpa batas waktu.
6. Topjek
TopJek awalnya menawarkan tarif murah tanpa promosi dan memiliki fitur chatroom yang menjadi keunggulannya.
Mereka juga menerapkan seleksi ketat terhadap pengemudi, dengan jumlah terbatas hingga 10.000 orang.
Namun, Topjek tidak dapat bertahan lama dan akhirnya menghentikan operasionalnya.
7. Ojekkoe
Ojekkoe sempat memiliki 500 mitra pengemudi sebelum akhirnya tidak aktif.
Aplikasi ini, yang awalnya dirilis sebagai tugas akhir pendirinya, Katon Muchtar, menawarkan layanan dengan biaya minimal Rp2.500 per hari untuk mengantar penumpang.
Sayangnya, Ojekkoe tidak dapat mempertahankan operasionalnya dalam jangka waktu yang lama.