Sejarah dan Pesona Geopark Ciletuh, Sukabumi

Sejarah dan Pesona Geopark Ciletuh, Sukabumi
Sumber :
  • Youtube

Gadget – Kawasan Ciletuh di Kabupaten Sukabumi kini sudah tidak asing lagi bagi para wisatawan. Terkenal akan keragaman hayati dan keindahan alamnya, area ini telah menjadi bagian dari Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, yang mudah diakses oleh wisatawan baik lokal maupun internasional. Namun, tahukah Anda bahwa nama Ciletuh memiliki asal-usul yang menarik dan berakar dari sejarah serta budaya yang dalam? Mari kita gali lebih dalam.

Mengawali penelusuran sejarah, Ki Kamaludin, seorang tokoh masyarakat Pajampangan yang berusia 74 tahun, menjelaskan bahwa Ciletuh pada dasarnya merujuk pada sebuah sungai kecil. Sungai ini bersumber dari mata air di Hutan Hanjuang Barat yang terletak di Kecamatan Waluran. Menariknya, sungai ini tidak hanya mengalir di Kecamatan Ciemas, tetapi juga bermuara di Pantai Palangpang, Desa Ciwaru, dan Pantai Cikadal, Desa Mandrajaya, yang dikenal sebagai Muara Ciletuh.

Menurut Ki Kamaludin, nama "Ciletuh" memiliki keterkaitan erat dengan ciri khas air sungainya yang keruh. Fenomena ini tak lepas dari aktivitas masyarakat lokal yang sering melakukan kegiatan mendulang emas, yang dalam istilah lokal dikenal dengan "ngadeplang". Aktivitas tersebut berdampak pada kejernihan air, yang menyebabkan nama "Ciletuh" merupakan perubahan fonetik dari "Ciledug". Dalam bahasa lokal, "Ciledug" berarti air yang keruh. Proses ini disebut metatesis, di mana posisi bunyi dalam sebuah kata berubah, menghasilkan istilah baru.

Lebih jauh, Ki Kamaludin menambahkan bahwa nama Ciletuh sudah dikenal sejak era penjajahan Belanda. Saat itu, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) melakukan pemetaan di wilayah pesisir selatan Jawa. Pada tahun 1709, Gubernur Hindia Belanda, Abraham van Riebeeck, memimpin ekspedisi di kawasan ini dan menemukan sauh serta perahu-perahu kecil yang digunakan oleh masyarakat setempat di Pantai Palangpang. Wilayah ini dikenal sebagai Teluk Ciletuh atau Sanbaai.

Tak hanya dikenal sebagai salah satu destinasi wisata, Ciletuh juga memiliki kaitan erat dengan perkembangan pelabuhan di pesisir selatan Jawa. Sejak abad ke-19, kawasan ini mulai berkembang pesat. Pada tahun 1835, seorang ahli pertanian asal Jerman bernama Yunghun diutus untuk melakukan investasi di sektor pertanian dan pangan. Uniknya, Ciletuh dikenal sebagai lokasi penggilingan padi pertama yang mengandalkan jalur darat yang sulit dilalui.

Melangkah ke tahun 1910, pembangunan dermaga pertama dimulai, dan selama periode 1890 hingga 1923, kapal Speelman menjadi pemandangan umum di jalur perairan ini. Saat itu, kegiatan berburu banteng di Cikepuh, yang dulu dikenal sebagai Cibanteng, turut menyemarakkan suasana.

Seiring bertumbuhnya ekonomi di sekitar Ciletuh, banyak perusahaan perkebunan mulai muncul, seperti Perkebunan Ciemas, serta industri kelapa sawit, tepung tapioka, karet, dan teh. Terdapat juga rencana pembangunan jalur kereta api yang akan menghubungkan Bandung dan Ciletuh melalui Pagelaran, Agrabinta, dan Cicurug, namun rencana ini tidak terlaksana karena berbagai kendala.

Menggelar pandangan lebih jauh, Ciletuh juga mempunyai potensi kekayaan alam yang melimpah, terutama dalam sektor pertambangan. Sejak sebelum penjajahan Belanda, masyarakat lokal telah menyadari potensi emas yang ada di sungai dan pegunungan sekitarnya. Ki Kamaludin merujuk pada lirik lagu Tembang Sunda Mamaos Cianjuran yang menggambarkan logam emas di lokasi tersebut, "Putri nu Ngabengbreng Koneng", simbolis merujuk pada penemuan emas di Ciletuh.

Kini, Kawasan Ciletuh telah diakui sebagai destinasi wisata Geopark Ciletuh-Palabuhanratu oleh UNESCO. Keindahan alamnya, yang ditawarkan dalam bentuk pantai, air terjun, dan teluk menawan, membuatnya menjadi daya tarik yang kuat bagi para wisatawan. Namun, di balik pesona tersebut, terdapat kisah panjang yang membawa nilai lebih bagi mereka yang ingin menjelajahi sejarahnya.

Dari hanya sekadar nama sebuah sungai kecil, Ciletuh telah berkembang menjadi salah satu ikon wisata yang kaya akan narasi sejarah, alam, dan budaya. Geopark Ciletuh-Palabuhanratu kini menjadi simbol keindahan alam yang turut melestarikan warisan sejarah, menghubungkan generasi masa lalu dengan masa kini.

Dengan pelestarian nilai-nilai sejarah dan kebudayaan lokal, Ciletuh diharapkan tidak hanya akan dikenang sebagai nama tempat, tetapi juga sebagai kawasan yang menyimpan cerita perjuangan, perdagangan, dan perkembangan dari zaman penjajahan hingga saat ini.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget