Harga Bitcoin Nyaris Rp1,5 Miliar: Waktunya Beli atau Tunggu Harga Turun?
- Bloomberg
Meski secara jangka panjang Bitcoin dinilai sebagai aset digital yang menjanjikan, volatilitas jangka pendek tetap menjadi perhatian. Setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS pada 5 November 2024, pasar kripto mengalami lonjakan hingga US$1 triliun. Namun, dua pekan setelahnya, Bitcoin menunjukkan tanda-tanda jenuh beli (overbought) dan mengalami koreksi harga sebesar 6% dalam tiga hari terakhir.
David Lawant, kepala penelitian di FalconX, memprediksi bahwa Bitcoin mungkin akan memasuki fase konsolidasi sebelum menembus angka psikologis US$100.000. "Kita melihat kecenderungan ke arah aksi jual saat mendekati angka ini. Hal ini mengindikasikan potensi konsolidasi dalam waktu dekat," jelasnya.
Pengaruh Trump dan Adopsi Global
Era kepemimpinan Trump yang dikenal ramah terhadap regulasi kripto menjadi salah satu pendorong optimisme pasar. Namun, Noelle Acheson, penulis buletin Crypto Is Macro Now, menilai bahwa puncak harga Bitcoin saat ini bisa jadi merupakan fase sementara. "Keuntungan yang dikunci oleh trader mungkin membuat episode ini cepat berlalu," ujarnya.
Selain itu, meningkatnya adopsi Bitcoin di tingkat global menjadi salah satu faktor yang mendukung harganya tetap tinggi. Dengan suplai yang terbatas dan permintaan yang terus bertambah, Bitcoin dianggap sebagai aset yang menjanjikan, meskipun volatilitas tetap menjadi tantangan.
Koreksi Harga dan Tren Altcoin
Hingga pukul 11.30 WIB pada Selasa (26/11/2024), Bitcoin mengalami koreksi sebesar 3,5% dibandingkan hari sebelumnya. Penurunan harga ini juga diikuti oleh altcoin populer seperti Binance Coin (BNC) yang turun 2,7% menjadi US$641, Dogecoin yang melemah 4,5% menjadi US$0,4, serta Cardano, TRON, dan Avalanche yang masing-masing terkoreksi sebesar 7,9%, 5,2%, dan 0,4%.