Ilmuwan: Satu Manusia Cuma Bisa Punya 150 Teman

Friendship
Sumber :
  • Unsplash.com

Gadget – Pernah mendengar istilah Dunbar Number? Teori yang dicetuskan pada tahun 1990 ini menyebutkan jika seorang manusia hanya bisa memiliki teman dalam jumlah terbatas. Bahkan satu orang hanya bisa memiliki 150 teman.

Objek Terpanas di Alam Semesta Bukan Matahari apalagi Planet, Ilmuwan Temukan ini

Teori ini diungkap oleh seorang antropolog dan psikolog evolusiner dari University of Oxford, bernama Robin Dunbar. Pada 1993, dia mengatakan bahwa seseorang hanya bisa mempertahankan hubungan sosial dengan 150 orang saja. Angka 150 inilah yang kemudian dikenal dengan istilah Dunbar Number.

Saat ini, di tengah kondisi sosial digital yang marak, puluhan tahun sejak dia menyebutkan teori ini untuk pertama kali, ternyata Dunbar masih bertahan dengan teorinya tersebut. 

Samsung Galaxy A33 5G: Spesifikasi, Keunggulan, dan Harga Terbaru Mei 2024 Jadi Turun Drastris!

"Tidak ada perubahan dari angka hubungan sosial yang telah saya sebutkan itu," ujar Dunbar, seperti dikutip dari Live Science, Senin, 17 Oktober 2022.

Beberapa ilmuwan lain banyak yang mendukung teori Dunbar ini, walau ada juga yang kontra. Menurut profesor psikologi dari Liverpool John Moores University, Inggris, Samuel Roberts, banyak kritik yang ditujukan pada Dunbar Number karena teorinya masih luas.

4 Smartphone Murah, Baterai Jumbo 6000mAh: Awet Seharian, Performa Mantap!

"Ada banyak variasi dalam mengukur jaringan sosial seseorang," ujar Samuel.

Sedangkan Sarah John, antropolog dari University of Kent menyebut jika angka Dunbar bisa jadi akurat, walaupun ada beberapa situasi dan kondisi yang mempengaruhinya.

"Biasanya pertemanan 'dekat dan berarti' sangat erat dengan jumlah yang sedikit. Tapi ini juga dipengaruhi oleh faktor individual, seperti extrovert atau introvert. Walau Dunbar Number sepertinya mendapat banyak dukungan luas," ujar Sarah.

"Kendalanya sebagian besar kognitif," kata Dunbar. Dia juga menambahkan bahwa ada hubungan antara ukuran kelompok sosial dan ukuran neokorteks (bagian otak yang terlibat dalam fungsi tingkat tinggi, seperti persepsi sensorik, emosi dan bahasa, yang terkait dengan perilaku sosial) pada primata.

Sarah setuju bahwa jumlah orang yang dapat menjalin hubungan dengan kita sebagian besar merupakan hasil dari bagaimana spesies kita dipaksa untuk bersosialisasi sejak lama. 

"Sepertinya itulah yang secara kognitif dapat dihadapi manusia. Di luar angka ini [150] kita membutuhkan lebih banyak aturan dan peraturan sosial untuk mempertahankan hubungan. Manusia harus menyeimbangkan kemandirian untuk bertahan hidup dan bereproduksi, tetapi juga untuk mengetahui apa yang dilakukan orang lain, siapa yang mungkin membantu kita, dan siapa yang mungkin berbagi makanan dengan kita," papar Sarah.

"150 adalah perkiraan jumlah orang yang dapat kami lacak secara konsisten dan memiliki informasi terkini terkait dengan hubungan sosialnya," tambah Sarah.

Menurut Samuel, ada juga hal lain yang perlu dipertimbangkan ketika menyangkut kemampuan kita untuk mempertahankan hubungan di luar batas kognitif, yakni waktu dan upaya yang diperlukan untuk melakukannya.

"Jika seseorang memberi tahu bahwa mereka memiliki 50 teman dekat, kita mungkin tidak akan mempercayainya karena ada perasaan intuitif bahwa mempertahankan teman dekat ini membutuhkan upaya dalam berkomunikasi dan pertemuan yang terbatas oleh waktu," paparnya.

Teori Dunbar sepertinya memiliki banyak pesaing. Pada 1978 misalnya, dua orang antropolog bernama Russel Bernard dan Peter Killworth mengatakan jika jumlah pertemanan lebih besar lagi, yakni 290 orang. Sedangkan artikel yang dipublikasi di 2021, dengan menggunakan metode komparasi dua teori tersebut, menghasilkan angka 291 jumlah teman untuk satu orang manusia.

Dunbar bersikukuh jika 150 merupakan angka jumlah pertemanan rata-rata yang bisa dipertahankan oleh seorang manusia sepanjang hidupnya. 

"Penting untuk dipahami bahwa 150 hanyalah salah satu dari serangkaian lapisan fraktal dalam lingkaran persahabatan kita," katanya.

Menurut Dunbar, lapisan-lapisan ini ditentukan oleh "intensitas emosional hubungan" dan juga waktu yang cenderung kita investasikan pada setiap orang. Terlebih lagi, menurut Samuel, hubungan yang "bermakna" belum tentu dibangun di atas cinta atau bahkan kesukaan.

Bisa jadi, kata Samuel, seseorang mungkin tidak benar-benar menyukai 150 individu tersebut, tetapi mereka tetap mempertahankan hubungan karena hal itu membantu kita dalam beberapa hal. Atau bisa jadi karena kita perlu terus berinteraksi dengan mereka (tetangga, kolega atau pimpinan kantor).