Dua Asteroid, Penemuan Kawah Kedua di Afrika: Bukti Baru Dampak Ganda yang Menyebabkan Kepunahan Dinosaurus

Dua Asteroid, Penemuan Kawah Kedua di Afrika
Sumber :
  • Asteroid

Gadget – Penelitian terbaru mengungkap fakta baru terkait peristiwa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus 66 juta tahun lalu. Berdasarkan data seismik tiga dimensi dari kawah di lepas pantai Guinea, sebuah asteroid kedua diperkirakan menghantam Bumi pada waktu yang hampir bersamaan dengan asteroid besar yang menabrak wilayah Semenanjung Yucatán di Meksiko, yang dikenal sebagai asteroid Chicxulub. Hantaman tersebut menyebabkan bencana yang mengakhiri era kekuasaan dinosaurus di Bumi. Kawah baru ini, yang dinamakan Kawah Nadir, memberikan bukti yang semakin memperkuat teori dampak ganda sebagai penyebab utama kepunahan besar-besaran tersebut.

Vivo V30 Pro vs Vivo V40 Pro: Perbandingan Lengkap Spesifikasi dan Fitur Unggulan

Tim peneliti yang bertanggung jawab atas penemuan ini telah berhasil mengambil gambar dari depresi selebar 8,5 kilometer di dasar laut, sekitar 400 meter di bawah permukaan sedimen di Dataran Tinggi Guinea. Gambar ini memberikan wawasan baru mengenai bentuk dan ciri-ciri kawah yang mungkin dihasilkan oleh tumbukan asteroid purba. Berdasarkan analisis lebih lanjut, para peneliti berhasil mengonfirmasi usia kawah tersebut yang diperkirakan sama dengan asteroid Chicxulub, yakni sekitar 66 juta tahun lalu.

Dinosaurus, kecuali nenek moyang burung modern, punah akibat benturan dahsyat asteroid Chicxulub. Dengan kekuatan sebesar 100 juta megaton, asteroid ini menghantam Bumi pada sudut yang sangat mematikan, seperti yang diungkap dalam penelitian pada tahun 2020. Dampak tersebut menimbulkan gelombang tsunami besar, memuntahkan debu, sulfur, dan partikel lainnya ke atmosfer, yang kemudian menyebabkan perubahan iklim global dan mengakibatkan kepunahan sekitar 75% makhluk hidup.

Siapa Sangka? 7 Ninja POPULER Ini Meninggal Tragis! Kisahnya Bikin Merinding!

Namun, temuan terbaru mengindikasikan bahwa asteroid Chicxulub tidak bekerja sendirian dalam menghancurkan kehidupan di Bumi. Pada tahun 2022, sekelompok peneliti mengidentifikasi kawah berbentuk mangkuk di dasar laut dan memberinya nama Kawah Nadir. Kawah ini terkubur di bawah lapisan sedimen laut di Dataran Tinggi Guinea, sebuah daerah yang menjorok sekitar 400 kilometer dari pantai Guinea dan Guinea-Bissau. Penemuan ini memunculkan teori bahwa dua asteroid kemungkinan besar menghantam Bumi pada waktu yang hampir bersamaan, yang berkontribusi pada kepunahan dinosaurus.

Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di Communications Earth & Environment, para peneliti memperlihatkan gambar lebih tajam dari kawah Nadir serta memproyeksikan peristiwa yang terjadi segera setelah tumbukan. Berdasarkan hasil analisis mereka, usia kawah ini bertepatan dengan waktu tumbukan asteroid Chicxulub, memperkuat hipotesis bahwa Bumi mengalami lebih dari satu dampak besar pada masa tersebut.

iPhone 15 Mulai dari Rp 9 Jutaan di Oktober 2024!

Sebelumnya, para ilmuwan mengajukan beberapa teori mengenai asal-usul Kawah Nadir. Salah satu teori menyebutkan bahwa asteroid yang menciptakan kawah Nadir mungkin berasal dari benda induk yang sama dengan asteroid Chicxulub di Yucatán. Teori lain menyatakan bahwa beberapa tumbukan asteroid terjadi hampir bersamaan, mungkin karena adanya tabrakan di sabuk asteroid yang memicu rentetan asteroid menghantam Bumi dalam kurun waktu sekitar satu juta tahun. Ada juga kemungkinan bahwa tumbukan asteroid ini murni kebetulan, dan bahwa dua batu angkasa raksasa menghantam Bumi pada waktu yang hampir bersamaan.

Dalam pernyataan yang diberikan pada tahun 2022, Uisdean Nicholson, seorang ahli geosains dari Universitas Heriot-Watt di Skotlandia sekaligus penulis utama studi tentang Kawah Nadir, menjelaskan bahwa asteroid yang menciptakan kawah Nadir jauh lebih kecil dibandingkan Chicxulub. Menurutnya, energi yang dilepaskan oleh tumbukan Chicxulub diperkirakan 10.000 kali lebih besar dibandingkan energi yang dilepaskan oleh tumbukan Nadir. Meskipun demikian, dampak Nadir tetap signifikan dan mungkin turut berkontribusi pada bencana besar yang melanda Bumi saat itu.

Dalam penelitian yang diterbitkan baru-baru ini di jurnal Science, peneliti lain mengungkapkan bahwa benda induk dari asteroid Chicxulub dan Nadir mungkin berasal dari jauh di luar orbit Jupiter, memperkuat teori bahwa asteroid-asteroid ini berasal dari sabuk asteroid. Tim peneliti memperkirakan bahwa asteroid Nadir menghantam Bumi dengan kecepatan 72.000 kilometer per jam, atau sekitar 20 kilometer per detik. Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh Universitas Heriot-Watt, Nicholson juga menambahkan bahwa tumbukan ini kemungkinan menyebabkan gempa bumi dahsyat yang mencairkan sedimen di bawah dasar laut dan memicu longsor besar-besaran di bawah air.

Selain itu, berdasarkan simulasi komputer, para ilmuwan memprediksi bahwa tumbukan asteroid Nadir juga menghasilkan tsunami setinggi 800 meter, yang semakin memperparah dampak bencana yang terjadi. Tsunami ini kemungkinan menyapu wilayah sekitarnya, menyebabkan kerusakan besar pada ekosistem laut dan pesisir.

Penemuan Kawah Nadir menambah dimensi baru pada pemahaman kita tentang peristiwa kepunahan massal yang terjadi 66 juta tahun lalu. Sebelumnya, periode ini sudah dikenal sebagai masa yang sangat buruk bagi kehidupan di Bumi, tetapi keberadaan kawah kedua ini semakin memperkuat gagasan bahwa kehidupan di Bumi saat itu benar-benar dihantam oleh serangkaian peristiwa bencana alam.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai dampak tumbukan ini, tim peneliti telah mengajukan permohonan untuk mengebor dasar laut guna mengambil inti sedimen dari kawah tersebut. Melalui analisis sedimen ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kekuatan tumbukan serta dampak langsung yang ditimbulkannya terhadap ekosistem purba di Bumi.

Meskipun peristiwa tersebut terjadi jutaan tahun lalu, temuan terbaru ini memberikan wawasan yang penting bagi para ilmuwan untuk mempelajari lebih lanjut tentang dinamika peristiwa tabrakan asteroid dan dampaknya terhadap kehidupan di planet kita. Dengan semakin banyak bukti yang terungkap, teori dampak ganda menjadi semakin kuat, memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai penyebab utama kepunahan massal yang mengakhiri era dinosaurus.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget