Kasus Ivan Sugianto: Siswa Dipaksa Sujud dan Menggonggong, Sekolah Enggan Cabut Laporan: Trauma Mendalam Korban

Penampilan Ivan Pengusaha Surabaya yang Paksa Siswa Mengonggong
Sumber :
  • lifehack

Gadget – Insiden yang menimpa seorang siswa akibat dugaan kekerasan dari oknum guru kembali menyita perhatian publik. Ivan Sugianto, guru yang diduga terlibat dalam insiden ini, dikabarkan memaksa seorang siswa untuk sujud dan menggonggong layaknya anjing sebagai bentuk hukuman. Tindakan yang tidak hanya memicu trauma mendalam pada siswa yang menjadi korban, tetapi juga memunculkan protes keras dari masyarakat, terutama orang tua siswa yang prihatin dengan kondisi psikologis anak-anak mereka.

Namun, meski insiden ini telah menimbulkan trauma serius pada korban, pihak sekolah tetap bersikukuh pada pendiriannya. Hingga saat ini, pihak sekolah menolak mencabut laporan yang mereka buat terkait kasus ini. Keputusan ini menuai banyak pertanyaan dan kritik dari masyarakat yang mempertanyakan kepedulian sekolah terhadap kesejahteraan psikologis siswanya.

Kejadian Mencekam di Dalam Kelas
Menurut berbagai sumber, insiden tersebut terjadi di dalam ruang kelas saat pelajaran berlangsung. Siswa yang menjadi korban dilaporkan ditegur secara keras oleh Ivan Sugianto atas suatu pelanggaran disiplin. Namun, bentuk teguran yang diberikan dianggap sangat tidak layak dan melampaui batas. Ivan disebut memaksa siswa untuk melakukan tindakan yang merendahkan martabat, yaitu sujud dan menggonggong seperti anjing di depan teman-temannya. Hal ini tentu saja memicu trauma emosional yang mendalam pada siswa tersebut, yang merasa dipermalukan dan kehilangan harga diri.

Tidak hanya korban yang merasakan dampak psikologis dari kejadian ini, tetapi juga siswa-siswa lain yang menyaksikan peristiwa tersebut. Beberapa di antaranya mengaku takut dan terkejut dengan tindakan tersebut, menciptakan suasana kelas yang tidak kondusif dan menimbulkan keresahan di kalangan siswa.

Trauma yang Mendalam bagi Korban
Bagi korban, tindakan ini tidak hanya merupakan pelecehan fisik tetapi juga kekerasan psikologis yang sulit dilupakan. Psikolog yang menangani kasus ini mengungkapkan bahwa trauma yang dialami korban bisa berdampak jangka panjang, mempengaruhi kepercayaan dirinya serta cara pandangnya terhadap lingkungan sekolah. Siswa yang seharusnya merasa aman dan nyaman di sekolah, kini harus berjuang dengan perasaan takut dan malu.

Tidak sedikit orang tua yang merasa khawatir dan mempertanyakan sistem pengawasan sekolah terkait perilaku guru dalam menangani kedisiplinan. Mereka berharap pihak sekolah bisa lebih selektif dalam menangani kasus-kasus disiplin dan memberikan pelatihan khusus kepada guru agar kejadian serupa tidak terulang.

Respons Pihak Sekolah yang Mengundang Tanda Tanya
Meski banyak pihak mendesak agar sekolah mencabut laporan terkait kasus ini, pihak sekolah tetap teguh pada pendiriannya. Mereka mengklaim bahwa tindakan yang diambil oleh guru tersebut adalah bagian dari upaya menjaga kedisiplinan, meskipun metode yang digunakan mungkin terlihat ekstrem. Namun, banyak yang meragukan alasan ini dan menilai bahwa respons sekolah terkesan abai terhadap dampak psikologis yang dialami korban.