Benarkah Karakter Putri di Animasi Disney Terinspirasi dari Mental Illnes?

Benarkah Karakter Putri di Animasi Disney Terinspirasi dari Mental Illnes?
Sumber :
  • Frozen / Disney

Gadget - Dunia Disney selalu memikat hati dengan kisah putri-putri cantik yang penuh keajaiban. Tapi, tahukah kamu bahwa di balik senyum menawan dan gaun indah mereka, beredar beberapa teori liar dari fans, menyebutkan putri Disney diyakini terinspirasi dari mental illness atau penyakit mental?

1. Snow White: Narcissistic Personality Disorder (NPD)

Inside Out 2: Kenalan dengan 4 Emosi Baru yang Mengatur Otak Riley!

Snow White

Photo :
  • Disney

Ingatkah bagaimana Snow White selalu ingin menjadi pusat perhatian? Dia mendambakan pujian dan kekaguman dari para kurcaci dan pangeran. Perilaku ini mengarah pada dugaan bahwa Snow White memiliki Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau gangguan kepribadian narsistik.

Siap-siap, Segera Tayang Film-film Seru di Akhir Mei, Ada Garfield dan Furiosa!

Penderita NPD umumnya memiliki rasa superioritas yang berlebihan, membutuhkan validasi eksternal, dan mudah iri dengan orang lain. Sifat ini terlihat jelas pada Snow White yang selalu ingin menjadi yang terbaik dan tercantik.

2. Cinderella: Dependent Personality Disorder (DPD)

Cinderella

Photo :
  • Disney

Serial Anime "Suzume" Kini Sudah Tersedia di Netflix

Cinderella sering digambarkan sebagai gadis yang pasrah dan tidak berdaya. Dia selalu bergantung pada bantuan ibu peri dan pangeran untuk menyelesaikan masalahnya. Sikap ini memicu spekulasi bahwa Cinderella menderita Dependent Personality Disorder (DPD) atau gangguan kepribadian dependen.

Orang dengan DPD memiliki kebutuhan berlebihan untuk diasuh dan dilindungi. Mereka kesulitan membuat keputusan sendiri dan merasa cemas ketika sendirian. Hal ini terlihat pada Cinderella yang selalu membutuhkan pertolongan orang lain dan takut untuk mengambil risiko.

3. Anna Frozen: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Anna Frozen

Photo :
  • Disney

Semangat Anna yang tak terbendung, kecenderungan untuk bertindak impulsif, dan kesulitan fokus, memunculkan dugaan bahwa dia memiliki Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

Penderita ADHD sering kali mengalami kesulitan mengatur perhatian, hiperaktif, dan impulsif.

Hal ini terlihat pada Anna yang mudah teralihkan, bertindak tanpa berpikir, dan selalu ingin berpetualang.

4. Elsa Frozen: Avoidant Personality Disorder (APD)

Elsa Frozen

Photo :
  • Disney

Rasa takut dan kecemasan Elsa yang berlebihan, serta kecenderungannya untuk menarik diri dari orang lain, menunjukkan kemungkinan bahwa dia memiliki Avoidant Personality Disorder (APD) atau gangguan kepribadian menghindar.

Orang dengan APD umumnya merasa cemas dan tidak aman dalam situasi sosial. Mereka menghindari interaksi karena takut ditolak, dikritik, atau dipermalukan. Hal ini terlihat pada Elsa yang selalu berusaha menyembunyikan kekuatannya dan menarik diri dari dunia luar.

5. Rapunzel: Stockholm Syndrome

Rapunzel

Photo :
  • Disney

Kisah Rapunzel yang diculik dan dikurung di menara selama bertahun-tahun menimbulkan spekulasi bahwa dia mengalami trauma dan Stockholm Syndrome. Sindrom ini terjadi ketika korban penculikan atau penyanderaan mulai mengembangkan rasa simpati dan keterikatan emosional dengan penculiknya.

Rapunzel yang diisolasi dan dimanipulasi oleh Ibu Gothel mungkin menunjukkan gejala Stockholm Syndrome, seperti rasa ketergantungan emosional, rasa bersalah terhadap penculik, dan kesulitan membedakan antara kebaikan dan keburukan.

Penting untuk diingat bahwa interpretasi ini hanyalah spekulasi dan tidak dimaksudkan sebagai diagnosis resmi. Namun, hal ini membuka ruang diskusi tentang bagaimana mental illness digambarkan dalam media populer.

Penting untuk diingat bahwa diagnosis mental illness hanya dapat dilakukan oleh profesional kesehatan mental. Penentuan karakter Disney yang terinspirasi dari mental illness ini hanyalah analisis dan spekulasi berdasarkan penggambaran karakter dalam film.

Namun, cerita mereka dapat menjadi pengingat bahwa mental illness dapat memengaruhi siapa saja, bahkan karakter fiksi sekalipun. Dengan memahami mental illness, kita dapat belajar untuk lebih berempati dan mendukung mereka yang mengalaminya.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget