Borderlands: Film yang Gagal Memanfaatkan Potensi Besarnya dan Justru Mengecewakan Penonton

Cate Blanchett sebagai Lilith, Ariana Greenblatt sebagai Tiny Tina, Florian Munteanu sebagai Krieg, dan Kevin Hart sebagai Roland di Borderlands.
Sumber :
  • Lionsgate

Gadget – Film adaptasi "Borderlands" seharusnya memiliki semua elemen untuk menjadi film fiksi ilmiah yang menarik. Bagaimana tidak? Film ini dibintangi oleh pemenang Oscar Cate Blanchett sebagai Lilith, karakter penembak jitu yang jenaka; Jack Black yang baru-baru ini populer sebagai pengisi suara Bowser, kali ini berperan sebagai robot Claptrap yang konyol; dan Jamie Lee Curtis, yang kembali ke layar lebar setelah kesuksesannya di "Everything Everywhere All At Once." Namun, hasilnya malah sebaliknya—film ini terasa membosankan dan menyia-nyiakan potensi besar para pemain dan karakternya.

15 Urutan Kekuatan Anggota Akatsuki Paling Kuat, yang Pertama Tak Disangka-Sangka!

Perubahan yang Kurang Mengena dari Game ke Film
Seperti game aslinya, "Borderlands" berlatar di planet asing bernama Pandora—sebuah nama yang kini lebih dikenal karena film "Avatar." Sutradara Eli Roth membuat banyak perubahan signifikan pada plot dan karakter dari game tersebut. Ceritanya dimulai dengan Tiny Tina (Ariana Greenblatt) yang diselamatkan dari penjara luar angkasa oleh mantan prajurit Roland (Kevin Hart). Mereka bertemu dengan mantan Psycho, Krieg (Florian Munteanu), dan bersama-sama, mereka memulai perjalanan untuk menemukan brankas legendaris di Pandora yang diyakini menyimpan harta karun alien yang luar biasa.

Sementara itu, di tempat lain di galaksi, Lilith direkrut oleh kepala Atlas Corporation (Edgar Ramirez) untuk menyelamatkan Tina, yang disebut-sebut sebagai putrinya. Dari sana, alur cerita berkembang dengan mudah ditebak. Lilith kembali ke Pandora dengan enggan, bergabung dengan para karakter lainnya, dan cerita ini berakhir dengan petualangan yang terasa seperti kunjungan ke kantor DMV yang sangat tidak menarik.

Rekomendasi 5 Jam Tangan Cocok untuk Kulit Sawo Matangmu: Tampil Gaya dengan Penuh Percaya Diri!

film#borderlands

Adegan Aksi yang Monoton dan Karakter yang Kurang Digarap
Film ini memang menampilkan beberapa adegan aksi yang wajib ada di film-film blockbuster, seperti ledakan CGI, pertarungan yang setengah hati, dan ketegangan yang terasa minimal. Namun, tidak ada sesuatu yang baru atau menarik. Blanchett, seorang aktris dengan reputasi besar dan kemampuan akting yang sangat luas, tampaknya tidak nyaman dalam peran sebagai pahlawan wanita laga. Tidak ada intensitas seperti yang ditampilkan oleh Charlize Theron dalam perannya yang paling fisik, atau bahkan kehadiran tangguh Angelina Jolie dalam film-film laga seperti "Salt." Di sini, Blanchett tampak terlalu "keren" untuk peran yang diberikan kepadanya.

Vivo V21 Kini Drastis Turun Harga di September 2024: Smartphone Menengah dengan Kamera Mumpuni

Penampilan para aktor lainnya pun tidak banyak membantu. Kevin Hart sebagai Roland tampil sebagai karakter yang tampak mulia, tetapi kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya mendorongnya untuk menyelamatkan Tina. Pilihan untuk menjadikan seorang komedian seperti Hart dalam peran serius ini juga terasa kurang tepat. Sementara itu, Krieg hanya mendapatkan beberapa dialog yang minim dan tidak ada pengembangan karakter yang berarti. Peran Jamie Lee Curtis sebagai Tannis, seorang "xenoarcheologist," juga terasa sangat tidak masuk akal.

Tidak Mampu Membangun Chemistry Antar Karakter
Salah satu kelemahan utama dari "Borderlands" adalah kurangnya waktu yang dihabiskan untuk membangun hubungan antara para karakter. Film-film lain dengan premis kelompok pahlawan yang tidak teratur, seperti "Guardians of the Galaxy" atau "Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves," berhasil menciptakan dinamika kelompok yang kuat dan membuat penonton peduli. Sayangnya, "Borderlands" gagal dalam hal ini. Chemistry antara para karakter terasa datar dan kurang menarik.

Apa yang akhirnya didapatkan adalah film yang penuh dengan karakter yang tampaknya kosong dan tidak berarti. Seandainya Cate Blanchett membintangi iklan yang klise, seperti lagu "Dunkaccino" milik Al Pacino, mungkin itu akan terasa lebih memalukan daripada melihatnya di sini. Di era di mana banyak adaptasi game yang justru menghibur, seperti film "Sonic the Hedgehog" dan "Super Mario Bros.," atau serial sukses seperti "The Last of Us," "Borderlands" justru terasa seperti sebuah kesalahan yang tidak perlu.

Mengapa "Borderlands" Lebih Baik Menjadi Serial?
Alih-alih dijadikan film beranggaran besar, "Borderlands" mungkin lebih cocok menjadi serial streaming seperti "Fallout." Mungkin juga, film ini tidak membutuhkan dua pemenang Oscar atau komedian terkenal seperti Kevin Hart. Mereka seharusnya tetap berpegang pada naskah dari Craig Mazin, produser "Chernobyl" dan "The Last of Us," daripada menambah lebih banyak penulis. Salah satu penulis skenario yang tercantum, "Joe Crombie," bahkan menggunakan nama samaran karena tidak ingin dikaitkan dengan film ini.

Sebuah Potensi yang Terbuang
Pada akhirnya, "Borderlands" adalah contoh jelas dari sebuah potensi yang terbuang sia-sia. Daripada menghabiskan waktu untuk menonton film ini, lebih baik mainkan kembali gamenya atau tonton beberapa film buatan penggemar yang mungkin menawarkan lebih banyak kegembiraan dan kreativitas.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget